22 April 2010
Sekolah Taman di Kolong Jembatan (frans) |
Dihari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April, komunitas taman kota membuatnya menjadi pijakan baru untuk melakukan aktivitasnya yang selama ini telah mereka lakukan di daerah Padasuka bandung di setiap hari minggunya.Aktivitas yang biasa dilakukan tentu saja berkaitan dengan Taman kota dengan focus kepada Sekolah taman. Sekolah taman ini merupakan sekolah non-formal yang membebaskan anak-anak untuk mengekspresikan apa yang ia suka, seperti membaca buku, menggambar, bercerita ,belajar bahasa inggris sampai bermain bola dalam suasana yang hangat dan menyenangkan.
Mari bumi kali ini, komunitas tam kota mencoba membawa atmosfer aktivitasnya ke sebuah tempat di kolong jembatan layang Cikapayang. Issue yang mereka gulirkan dengan tagline "Mari Bertanam paksa" seolah mengkritisi tentang kebutuhan yang diperlukan BUMI sekarang ini. Bertaman pohon secara simbolik sudah banyak dilakukan, tapi hanya bertanam kecil sekali yang sampai merawatnya. Slogan-slogan kampanye sudah sering didengungkan agar bumi mendengarnya dan merasa senang sesaat bahwa ada yang "care" terhadapnya, seperti bujukan ibu terhadap anaknya untuk tidak rewel dalam sesaat.
"Mari Bertanam Paksa" adalah rujukan yang dicoba untuk menstimulir ingatan momori setiap manusia agar tersugesti akan sebuah paksaan/keharusan. Mungkin manusia bumi sekarang akan lebih paham apabila adanya 'paksaan' tadi dari pada berinisiatif / sadar sendiri terhadap sesuatu yang dimilikinya itu pun bila ada rasa memiliki, contohnya terhadap BUMI ini.
Bagi komunitas taman kota memilih kolong jembatan Cikapayang bukan tanpa sebab, melainkanj dengan pertimbangan yang sudah diperhitungkan dari segala aspek. Issue lingkungan dikolong jembatan ini sudah jelas terlihat, andaikata kolong jembatan ini diperlakukan sebagai taman-taman kota yang dapat diakses publik tentu saja berdampak kepada prilaku masyarakat disekitarnya, bagi pemerintah kota sendiri akan menjadi hal nyata dalam merealisasikan konsep kota "Berhiber" dan "Bermartabat" .
Masyarakat yang tinggal disepanjang kolong jembatan Cikapayang ini mayoritas masyarakat urban, yang cenderung kurang proaktif dalam membangun kesadaran akan lingkungannya. Jadi sekolah taman kota ini menjadi trigger untuk anak-anak dan masyarakat disana umumnya untuk bersama-sama mengembangkan potensi lingkungan tempat tinggalnya dalam momentum memperingati hari bumi ini. Bumi ini bukan hanya tanaman, tetapi maunusianya yang memiliki peran sental dalam menentukan beragam aspek yang terjadi di bumi ini. Banyak masyarakat kota ini khususnya masyarakat disepanjang kolong jembatan cikapayang masih bingung mencari sebuah mekanisme dalam mengembangkan potensinya lahan kosong yang ada, seperti melakukan sesuatu secara bersama-sama. Mereka terkadang pasrah saja apabila lahan kosong itu akan dibangun sesuatu oleh pemerintah atau bahkan dikooptasi oleh kepentingan kapital segelintir orang, hal ini terjadi karena mereka tidak menemukan arti penting lahan bebas ini, dengan konsep sekolah taman semoga ini menjadi dapur picu aktivitas lainnya, menumbuhkan cipta rasa creatif, kekeluargaan dan sangat brilian apabila mampu menumbuhkan roda perekonomian baru.
Lapak Gratis Berbagai Produk untuk masyarakat (frans) |
Idealnya pemerintah kota dan beragam lembaga yang selama ini mendengungkan tentang betapa "kreatif"nya kota ini dan betapa support nya terhadap issue lingkungan, tapi lihat yang terjadi , minimal melihat apa yang dialami oleh masyarakat kolong jembatan tadi. Melihat potensi lahan yang bebas tadi seharusnya mereka yang berkepentingan mensupport dan mendorong masyarakatnya untuk turut serta dalam mewujudkan kota bandung yang kreatif, bukannya dibiarkan tanpa progress yang signifikant. Sekarang sudah waktunya warga kota ini memberikan kontribusinya secara nyata dan semampunya untuk menata kota ini lebih baik secara infrastukture mau pun sumberdaya manusianya itu sendiri.
Acara yang berlangsung hingga malam hari ini berkolaborasi dengan beragam komunitas diBandung, seperti komunitas Baca-baca dengan perpustakaannya, komunitas rajut dengan workshop merajut menggunakan bahan-bahan plastik dan komunitas lapakm gratis yang membagikan apa yang mereka punyai dan sudah tidak terpakai tentu saja dalam kondisi layak pakai secara gratis. lapak gratis ini benar-benar memberikan sesuatu secara gratis walaupun sekarang ini didominasi oleh kebutuhan sandang, ini merupakan sesuatu yang luar biasa karena dewasa ini ketika ada hal yang gratis adalah merupakan hidden agenda dari sebuah kepentingan kapital dan politik. Lapak gratis ini mencoba menyadarkan masyarakat kita ditengah pola konsumsi yang cukup hebat dianut oleh bangsa ini, masih ada orang-orang yang mencoba men'share' yang mereka punya dengan orang lain denganh slogan " Lupakan Sejenak Uang" menjadi stimulus secara psikologi yang menarik. Semoga dengan kegiatan yang mereka lakukan dikolong jembatan ini menjadi awal untuk beragam kegiatan lainnya dari beragam pula komunitas kreatif dikota ini yang tentu saja tidak harus dikolong jembatan saja tapi menyebar keselurup penjuru kota. HORE !
Lupakan Dulu Uang-Mari Berbagi lapak Gratis (frans) |
Apakah kegiatan ini masih ada? saya ingin buat liputan tentang sekolah ini. bisa beri info ke didik.budiarto@yahoo.com
ReplyDelete